Aku pernah satu kali harus berurusan
dengan polisi di Osaka. Apa pasal? Begini ceritanya: Jadi suatu pagi, ketika mau
berangkat ke kampus, aku panik mendapati Teikiken-ku tidak ada. Aku cari
kemana-mana di sudut-sudut kamar tidak ketemu. Aku ingat-ingat, terakhir kali
kugunakan adalah kemarin harinya, saat aku pulang dari kampus. Maka
kesimpulannya, teikiken-ku itu pasti jatuh di stasiun atau di jalan menuju
asrama sepulang kuliah. Mengingat saat itu masih awal bulan dan teikiken itu
baru diperbaharui, sayang sekali kalau sampai hilang. Dan ini Jepang, hey !
Menurut orang-orang, di Jepang mah handphone dan dompet penuh duit yang
ketinggalan atau jatuh aja bisa kembali dengan utuh, apalagi cuma kartu bulanan
kereta mahasiswa milikku? Pasti bakal ketemu kalau dicari ! Aku optimis.
Jadi aku
bertanya ke petugas yang berjaga di stasiun Takayasu, stasiun kereta terdekat
dari asramaku yang biasa kugunakan sehari-hari. Setelah kroscek, cek dan ricek
lalu kabar-kabari (Eh, kok jadi deretan acara gossip?! wkwk) ke sesama petugas
di stasiun lain via telepon, si petugas stasiun itu bilang padaku belum ada
laporan penemuan tiket kereta bulanan atas namaku sepanjang kemarin sampai pagi
ini, jadi kemungkinan aku menjatuhkannya setelah keluar dari stasiun. Maka
dengan galau, celingukan aku kembali menyusuri jalan dari stasiun sampai asrama
yang kulewati tiap harinya. Nihil. Sampai terpikir apa mungkin teikiken-ku
jatuh kemudian ketendang orang nyebur ke kali yang mengalir sepanjang jalan
menuju asrama~? Tapi rasanya asumsi itu terlalu ngawur, siapa juga yang kurang
kerjaan nendang-nendang tiket kereta di dalam case berwarna oranye ngejreng
gitu coba? Huft.
Pokoknya
galau, itu teikiken meskipun diskonan mahasiswa, harganya hampir satu juta
rupiah! Apalah diri ini hanya mahasiswa rantau tanpa kerja sambilan yang kudu
hemat, jadi gimana pun harus ketemu ! Gak rela kalo sampai hilang ! Maka
ditengah kegamangan hati #duhh serta kepanikan yang melanda, aku memberanikan diri untuk lapor ke polisi !
Aku memutuskan untuk bolos di mata kuliah pertama hari itu, dan memilih mampir
ke Kouban di sebelah stasiun Takayasu. Biasanya aku kalau mampir ke kantor
polisi cuma buat sekedar nanya jalan, kali ini bawa laporan kasus kehilangan.
Dua orang polisi, satu masih muda, satu lagi bapak-bapak
setengah baya yang bertugas di pos polisi kecil itu menyambut ramah
kedatanganku. Di tangan mereka sudah siap papan penuh gambar dan spidol, serta buku untuk membantu deskripsi kalau-kalau alien, (red: makhluk asing) yang
datang ke kantornya ini tak bisa bahasa Jepang. Sasugaa~ sigap sekali mereka.
Aku langsung curhat kehilangan tiket bulanan kereta. Mengetahuiku tak punya
masalah soal bahasa, mereka kemudian mulai “menginterograsi”. Aku diminta
mengisi form laporan kehilangan, dan menjelaskan secara detail bentuk
teikiken itu. Aku juga ditanya soal kronologis sejak aku pulang kuliah sampai tersadar benda
itu hilang pagi ini. Mereka pun segera bergerak cepat menghubungi pusat penemuan
barang hilang, dan berbagai tindakan yang perlu untuk memastikan tiketku akan
segera ketemu. Terpercaya dan bisa diandalkan sekali ! pikirku.
Teikiken : Tiket Bulanan Kereta |
Saat masih melihat dua orang polisi itu bekerja mencari tiketku
itulah, entah dari mana selintas teringat dibenakku bahwa kemarin ada mata
kuliah olahraga, aku memakai celana training, dan ada kemungkinan
besar aku -tanpa sadar- menaruh teikiken di kantor celana training itu !
ASTAGAA~ Seketika aku ingat belum memeriksa celana trainingku karena kemarin
langsung kumasukkan ke mesin cuci. Ditengah rasa bersalah pada Pak Polisi yang
shikkari membantu mencari barangku yang “hilang” itu, aku memutar otak
bagaimana caranya agar bisa menuntaskan laporan ini tanpa membeberkan fakta
bodoh yang sebenarnya terjadi di sini.
Maka untuk melepaskan diri dari situasi itu, aku menyalakan
nada alarm di handphone dan berpura-pura mendapat panggilan dari seorang teman.
Aku terpaksa beracting, bicara
sendiri di handphone dalam bahasa Indonesia dan berpura-pura lega tiketku telah
ketemu. “Maaf Pak Polisi, tiketku sudah ketemu. Teman asramaku menemukannya
tadi malam di depan asrama kami dan pagi ini lupa memberitahuku” Wkwkwk. Alasan
yang agak payah kulontarkan setelah aku menyudahi panggilan fiktif tadi.
“Haa Yokatta.. Yokattaa
desunee.. Jya, kono houkoku wa nashi ni shimasune~!” ** sambut mereka
sumringah penuh kelegaan. “Hai,
moushiwake gozaimasen deshita! Korekara wa ki wo tsukemasu!” *** jawabku, mengangguk
lega karena mereka percaya, sambil tersenyum salah tingkah aku tulus meminta
maaf karena membuat mereka repot sepagi itu, dan pamit undur diri dari
kegaduhan ini. Andai saja mereka tahu alasan sebenarnya… >_<"
Aku segera kembali ke asrama dan
mencari celana trainingku. Benar saja, teikiken
yang bikin heboh itu menyembul begitu kurogoh kantongnya. Lututku lemas, antara
lega, tapi malu luar biasa. Duhh aaaaaaaaLLL~ sumpah ya ini kejadian paling
KONYOL yang pernah ada. Ketahuan deh teledornya, ahonya, bakanya~ wkwkwk
Hiks. Maapkeun dakuh Pak Polisiih ! Sebenarnya malu banget mau cerita kejadian
ini, tapi buat pelajaran bersama yaa, jangan keburu panikan jika ada sebagian
darimu yang hilaang… Ingat selalu kata-kata bertuah Ibu yang bilang; “Makanya
kalo cari apa-apa pake mata, jangan pake mulut !”
Duhh, ampun !
*kouban : pos polisi
** Syukurlah... Syukurlah kalau begitu... Jadi laporan kehilangan ini saya hapus ya !
*** Ya Pak, saya minta maaf. Lain kali akan lebih hati-hati !
*kouban : pos polisi
** Syukurlah... Syukurlah kalau begitu... Jadi laporan kehilangan ini saya hapus ya !
*** Ya Pak, saya minta maaf. Lain kali akan lebih hati-hati !